Jumat, 29 April 2011

SEPENGGAL SAPA


Selamat Datang, Sugeng Rawuh, Rahajeng Rawuh, Wilujeng Sumping, Welcome di blogspot saya. 

Kalau anda baca judul blog ini (TELANJANG) saya berharap tidak ada konotasi negatif, karena ketelanjangan itu adalah sesuatu yang netral, persepsi manusia lah yang menimbulkan makna yang beraneka. Jangan pula masuk ke blog ini dalam rangka mencari gambar atau tulisan yang berbau pornografi, karena anda tak akan menemukannya. Tetapi, kalau anda kebetulan masuk ke blog ini karena awalnya sedang mencari item-item pornografi, tak usahlah anda pergi dari blog ini. Mari kita berbagi informasi, berdiskusi, pasti akan ada yang bisa kita maknai.


Semoga lewat blog ini saya bisa berbagi dan belajar dengan anda semua tentang apa saja, karena dengan berbagi dan belajar bersama kita tak akan jadi miskin, melainkan akan semakin diperkaya. Terima kasih, matur nuwun, matur suksma, hatur nuhun, thank you.

Kamis, 28 April 2011

AHIMSA


Ahimsa,
satu tulisan yang tergores di kaca depan dan kaca belakang gerobak yang dititipkan Allah padaku.

Sebagian keluarga, teman, tetangga atau orang-orang yang kujumpai memahami makna kata itu. Tapi, banyak pula yang tak paham, dan sebagian kemudian bertanya.

Ahimsa,
adalah salah satu dari nilai-nilai yang digunakan oleh Mahatma Gandhi dan gerakan-gerakan rakyat India dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Ahimsa,
adalah komitmen untuk berjuang tanpa kekerasan dalam memperjuangkan kemerdekaan itu.
Maka,
ketika Gandhi dan rakyat India melakukan aksi-aksi unjuk rasa dalam rangka perjuangannya itu,
mereka tetap membiarkan diri dan tidak melawan dengan kekerasan saat tentara penjajah memukuli mereka.
Secara bersap (bergandengan dalam ikatan 3-5 orang) mereka maju ke depan, dipukuli hingga terkapar, lalu ditolong para relawan (kebanyakan perempuan), dan kemudian digantikan barisan berikutnya. Demikian seterusnya aksi perlawanan tanpa kekerasan itu dilakukan (seperti tergambar di film Gandhi yang dibintangi Ben Kingsley).

Ahimsa,
anti kekerasan.

Sebagian tak puas dengan penjelasan itu, dan lanjut bertanya: Apakah aku pribadi yang tak pernah melakukan kekerasan?

Dengan jujur aku jawab: Aku pribadi yang punya kerapuhan juga, sehingga tak terelakkan pernah (mungkin sering) pula melakukan tindak kekerasan, di dalam keluarga, di masyarakat, di tempat kerja, … di mana saja. Tindak kekerasan itu bisa bersifat fisik (menempeleng, memukul, melempar, dll.), bisa pula bersifat psikhis (mencaci maki, melecehkan, menyakiti hati, dsb.).

Aku bukan pribadi sempurna yang telah lulus untuk tidak lagi melakukan tindak kekerasan dalam hidup ini. Tapi, aku pribadi yang ingin belajar dan belajar, menepis, mengurangi bahkan jika bisa meniadakan tindak kekerasan dalam perilaku hidupku.

Agar aku bisa terus belajar, maka kutuliskan Ahimsa di kaca depan dan kaca belakang gerobak yang dititipkan Allah padaku, agar aku sesering mungkin bisa ingat untuk belajar tentang hal itu.

Ketika kaki terikat ...


Ada seseorang yang tengah berjalan,
dalam pengembaraan yang diwarnai perenungan-perenungan,
tentang berbagai kasunyatan pahit di sekitarnya:
tentang orang-orang kecil yang diabaikan,
tentang anak-anak yang ditelantarkan
tentang para perempuan yang dibiarkan mempertaruhkan nyawanya
saat menunaikan tugas kehidupan … mengandung – melahirkan dan membesarkan anak-anak
masa depan.

Sesekali hati dan pikirnya tergugah,
menyambangi mereka yang terpinggirkan itu,
tapi cuma sesekali itu terjadi,
bahkan cuma sesaat,
karena …
kakinya terus terikat
oleh berbagai beban, oleh berbagai tanggung jawab
yang juga tak boleh diabaikan, ditelantarkan dan dibiarkan.

Adakah waktu untuk berbagi?
Adakah waktu untuk memilih keberpihakan?
Adakah waktu untuk bersama-sama melepaskan beban yang mengikat kaki itu,
lalu menyatukan diri … dengan mereka yang diabaikan – ditelantarkan dan dibiarkan itu.

Jakarta, 28 April 2011.

Rabu, 13 April 2011

OJO PODHO KEPLOK ...


Sering, bahkan hampir selalu, jika ada pemimpin (khususnya pemimpin politik) menyampaikan pidato yang merespon aspirasi rakyat, maka rakyat terus-menerus bertepuk tangan dengan sumringah. Di kampanye-kampanye, di pertemuan-pertemuan publik, di rapat-rapat pemerintahan, di sidang dewan, di mana saja, peristiwa ini terjadi dan terjadi lagi.

Padahal, ... berulang kali telah banyak terbukti, bahwa pidato-pidato yang dikemas merespon aspirasi rakyat itu, belakangan hanyalah janji-janji gombal yang tak terbukti. Bukan hanya menguap seiring waktu sekian hari, minggu, bulan dan tahun; bahkan ada yang hanya dalam hitungan jam semua isi pidatonya itu menguap dan berlanjut dengan sikap dan tindakan yang baru yang berbalik total dari pidato yang baru saja disampaikan dan dikeploki itu.

Jadi, mestinya kalau mendengar pidato serupa itu ya: OJO PODHO KEPLOK !!!