Kamis, 28 April 2011

AHIMSA


Ahimsa,
satu tulisan yang tergores di kaca depan dan kaca belakang gerobak yang dititipkan Allah padaku.

Sebagian keluarga, teman, tetangga atau orang-orang yang kujumpai memahami makna kata itu. Tapi, banyak pula yang tak paham, dan sebagian kemudian bertanya.

Ahimsa,
adalah salah satu dari nilai-nilai yang digunakan oleh Mahatma Gandhi dan gerakan-gerakan rakyat India dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Ahimsa,
adalah komitmen untuk berjuang tanpa kekerasan dalam memperjuangkan kemerdekaan itu.
Maka,
ketika Gandhi dan rakyat India melakukan aksi-aksi unjuk rasa dalam rangka perjuangannya itu,
mereka tetap membiarkan diri dan tidak melawan dengan kekerasan saat tentara penjajah memukuli mereka.
Secara bersap (bergandengan dalam ikatan 3-5 orang) mereka maju ke depan, dipukuli hingga terkapar, lalu ditolong para relawan (kebanyakan perempuan), dan kemudian digantikan barisan berikutnya. Demikian seterusnya aksi perlawanan tanpa kekerasan itu dilakukan (seperti tergambar di film Gandhi yang dibintangi Ben Kingsley).

Ahimsa,
anti kekerasan.

Sebagian tak puas dengan penjelasan itu, dan lanjut bertanya: Apakah aku pribadi yang tak pernah melakukan kekerasan?

Dengan jujur aku jawab: Aku pribadi yang punya kerapuhan juga, sehingga tak terelakkan pernah (mungkin sering) pula melakukan tindak kekerasan, di dalam keluarga, di masyarakat, di tempat kerja, … di mana saja. Tindak kekerasan itu bisa bersifat fisik (menempeleng, memukul, melempar, dll.), bisa pula bersifat psikhis (mencaci maki, melecehkan, menyakiti hati, dsb.).

Aku bukan pribadi sempurna yang telah lulus untuk tidak lagi melakukan tindak kekerasan dalam hidup ini. Tapi, aku pribadi yang ingin belajar dan belajar, menepis, mengurangi bahkan jika bisa meniadakan tindak kekerasan dalam perilaku hidupku.

Agar aku bisa terus belajar, maka kutuliskan Ahimsa di kaca depan dan kaca belakang gerobak yang dititipkan Allah padaku, agar aku sesering mungkin bisa ingat untuk belajar tentang hal itu.