Kamis, 22 April 2010

MATI KARENA "BENCANA ALAM"

Ada teman yang bertanya kepada saya, bagaimana kaitan antara tulisan saya tentang kematian dengan peristiwa kematian karena "bencana alam"?

Sebelum masuk ke content tulisan ini saya kepingin mengajukan pendapat saya, bahwa istilah "bencana alam" menurut saya kurang tepat. Yang lebih tepat adalah peristiwa alam, karena ia adalah proses alam dalam mencari keseimbangannya. Kalau toh menjadi bencana adalah karena ada manusia yang menjadi korban atas peristiwa alam itu. Namun demikian, peristiwa alam itu sendiri bersifat netral sebagai suatu peristiwa alam, di mana alam mencari keseimbangannya.

Apakah mereka yang meninggal memang sudah sejak awal dijatahkan oleh TUHAN untuk mati dengan cara terlanda peristiwa alam? Menurut saya tidaklah demikian. Menurut saya, manusia yang meninggal karena persistiwa alam semata-mata karena dia/mereka dan manusia lainnya belum mampu menghadapi efek dari peristiwa alam yang terjadi yang mengakibatkan tubuhnya hancur atau tergencet atau tertimbun, sehingga TUHAN melihat nyawa yang dititipkannya pada raga orang itu tak layak lagi untuk dititipkan, maka dicabutnya nyawa itu dari raga itu.

Semoga ke depan manusia semakin mampu menyesuaikan dengan peristiwa alam, sehingga tidak jatuh banyak korban. Namun, bagaimana pun juga TUHAN punya hak prerogatif yang tak bisa dilawan manusia, seperti halnya peristiwa pembangunan menara Babel, di mana manusia dengan keangkuhan teknologinya hendak melawan TUHAN, maka TUHAN murka dan dihancurkanlah menara itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar