Kamis, 10 September 2009

TENTANG WAKTU DAN CARA MATI

Seorang anak kecil yang berdiri tenang di atas trotoir tiba-tiba ditabrak sepeda motor yang dikemudikan seorang pemuda mabok. Anak kecil yang manis itu meninggal di tempat. Hati saya bertanya: Apakah TUHAN memang telah menentukan anak kecil itu meninggal saat itu dan dengan cara ditabrak motor seperti itu?
Pertanyaan terus menggayut dalam batin saya. Ketika sekian banyak orang meninggal karena bom oleh teroris, apakah memang TUHAN merencanakan mereka mati dengan cara seperti itu? Ketika berjuta orang menjadi korban peperangan, apakah memang TUHAN memang menghendaki cara kematian mereka melalui perang.
Saya tak pernah berpikir sedikit pun bahwa TUHAN itu kejam, maka saya tak percaya bahwa cara kematian yang menyakitkan seperti contoh-contoh di atas adalah rancangan TUHAN. Bahkan cara kematian yang disebabkan penyakit, mal praktek, narkoba dan sebagainya juga bukanlah rencana TUHAN.

Yang teramat saya pegang teguh sebagai keyakinan adalah: Bahwa TUHAN lah yang mencabut nyawa manusia sehingga manusia mati. Kematian manusia terjadi pada saat TUHAN mencabut nyawa milikNYA yang dititipkan di raga manusia yang baru saja mati. Tetapi cara atau proses setiap orang menuju mati menurut saya bukanlah rancanganNYA. Cara atau proses itu adalah semata karena tindakan manusia, mungkin diri orang itu sendiri atau karena perbuatan dan kelalaian orang lain. Anak kecil yang badannya hancur karena tertabrak motor adalah semata-mata karena perbuatan pemuda pemabok itu. Sekian banyak orang yang diluluhlantkkan oleh bom yang dipasang oleh teroris adalah semata-mata karena perbuatan biadab teroris itu.
Lalu, dalam kondisi tubuh anak kecil yang tertabrak motor itu sudah hancur dan tak mungkin lagi ditempati nyawa milik TUHAN, maka TUHAN mencabut nyawa milikNYA itu dari raga anak kecil itu, pergilah sang anak kembali ke pangkuanNYA. Ketika TUHAN melihat manusia raganya telah hancur oleh bom, oleh hujaman peluru, oleh penyakit, oleh mal praketk, oleh narkoba dan oleh sebab lainnya, sehingga tak lagi layak dititipi nyawa milikNYA, maka TUHAN mencabut nyawa itu dari raga orang itu, sehingga orang itu meninggal. Kematian, dalam arti tercabutnya nyawa memang dan pasti karena kehendak TUHAN. Tetapi, cara atau proses menuju kematian, dalam keyakinan saya, adalah karena manusia, mungkin dirinya sendiri atau orang lain. Karenanya: Manusia mesti berhati-hati menjaga dan merawat raga yang dititipi nyawa olehNYA. Manusia mesti terbuka hatinya untuk tidak berbuat untuk menghancurkan raga orang lain, melalui bom, narkoba, tindakan ugal-ugalan, dsb. Mari kita jaga dan saling jaga, mari kita rawat dan saling rawat, sehingga TUHAN tetap menitipkan nyawa milikNYA ke raga-raga kita. Biarlah setiap manusia berkesempatan hidup panjang, hingga akhirnya mati di masa tua karena memang tak mampu menjaga dan merawat raganya, sampai saatnya TUHAN mengambil nyawa milikNYA dari raga-raga tua manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar